dr. Agus Santosa : Pengemban Tanggung Jawab Berganda demi Masyarakat, Bangsa, dan Keluarga

dr. Agus Santosa : Pengemban Tanggung Jawab Berganda demi Masyarakat, Bangsa, dan Keluarga
#MaganiMen bersama  dr. Agus Santosa,SpTHT-KL,MARS,FICS atau yang akrab dipanggil Agus alias Babe oleh orang terdekat, seorang dokter spesialis THT dan Bedah Kepala Leher, yang juga menjadi seorang akademisi, dan ayah bagi keluarga kecil nya. Simak cerita beliau dalam mengimbangi tanggung jawab untuk mengabdi terhadap masyarakat luas, mahasiswa, dan keluarga. Sebuah contoh konkrit dimana tanggung jawab berganda membawa kebermanfaatan yang berlipat pula.
---
dr. Agus Santosa memakai Dotted Flowers

Langkah Awal Menjadi Seorang Dokter

Sejak kecil saya sudah lekat dengan pemahaman bahwa pendidikan itu sangat penting. Hal ini dikarenakan saya hidup di lingkungan akademisi dimana orang tua saya merupakan dosen dan kakek saya juga merupakan seorang guru di sekolah. Peran mereka sangat besar dalam mendidik dan membangun pola pikir saya hingga saat ini. Kebetulan dulu saya lolos untuk sekolah kedinasan dan pada saat yang sama juga lolos sekolah kedokteran. Jujur, keputusan untuk menjadi dokter juga terwujud karena dorongan mereka yang hingga saat ini selalu saya syukuri. Mengapa demikian? Dikarenakan saya merupakan dokter pertama di keluarga saya, langkah ini yang kemudian memancing anggota keluarga lainnya untuk turut bergabung di bidang kesehatan. Layaknya pembuka keran, saya secara tidak langsung membuka jalan bagi saudara dan anak-anak untuk menekuni bidang yang sama, yaitu kedokteran.

 

 

Menjadi Dokter Spesialis

Setelah beberapa waktu mengikuti koas, saya merasa sangat tertarik dengan spesialisasi kulit dan THT, bahkan saya juga sempat tertarik untuk melanjutkan kuliah manajemen rumah sakit. Sempat ada dilema waktu itu, namun dikarenakan saya tidak ingin jauh dari keluarga akhirnya saya lebih memilih untuk mengambil spesialis THT yang ada di tempat tinggal saya. Pada waktu itu studi untuk manajemen rumah sakit masih belum ada di Bali. Setelah menjadi spesialis, barulah saya menjalani studi manajemen lanjutan.

 

Mencapai Work-Life Balance

Buat saya, keluarga tetap prioritas utama hidup saya. Saya berkeyakinan bahwa apapun yang nanti saya capai atau seberapa tinggi posisi saya, semua akan kembali pada seberapa berhasilkah saya dalam mendidik anak-anak. Saya contoh ayah saya, dia banyak sekali berkorban untuk keluarganya. Beliau pernah berkesempatan untuk melanjutkan studi doktor di Australia namun ia tolak karena tidak ingin meninggalkan keluarga. Dia rela melepaskan kesempatan itu, demi memilih untuk membesarkan saya. Beliau juga pernah berkesempatan untuk menjadi guru besar atau profesor, namun tak ia lanjutkan dengan mengatakan bahwa “Saya tidak siap jadi professor karena anak-anak saya belum ada yang jadi. Saya akan merasa gagal dimana saya berpredikat tinggi tapi anak saya belum jadi apa-apa”. Berkat beliau saya berkeyakinan bahwa anak adalah nomor satu dan saya berkewajiban mengantarkan mereka untuk sukses.

Hingga sekarang pun saya selalu membagi waktu saya antara tanggung jawab di RS, sekolah, ataupun di rumah. Saya dan keluarga juga punya komitmen bahwa kami harus makan malam bersama jam 9 malam, apapun kesibukannya. Ini hal yang terus kami jaga dari dulu.

 

Melewati Tantangan Terberat

Kebetulan pernah beberapa kali saya mendapatkan kesempatan untuk menduduki posisi struktural di RS. Saya pernah menjadi wakil direktur di sebuah rumah sakit, padahal belum ada ilmu untuk manajemen yang mumpuni pada saat itu. Berat saya rasakan dan saya merasa pula bahwa saya lebih baik secara fungsional melayani masyarakat, bukan secara struktural yang mengurusi manajerial. Itu merupakan tantangan besar bagi saya secara pribadi.

Namun, selain itu ada pula tantangan umum yang juga banyak saya temui di masa kini. Saya merasa tugas dosen atau pengajar saat ini semakin berat. Fokus yang awalnya lecturer-centered  kini beralih menjadi student-centered, dimana semuanya berfokus pada mahasiswa itu sendiri. Mahasiswa dapat mengakses berbagai informasi sehingga saya dituntut untuk terus belajar dan up-to-date

Syukurlah saya selalu mendapatkan dukungan berlimpah atas apapun yang saya jalani dari istri dan anak-anak selama ini. Hal ini merupakan kekuatan utama dalam menjalankan setiap tantangan yang saya tengah saya lewati dan dikemudian hari.

Pentingnya Menjaga Kesehatan

Usia saya sudah lebih dari setengah abad, dan saya sadar betul bahwa saya harus menjaga kesehatan lebih ketat. Mulai dari makanan, karena semakin tua makanan yang baik dikonsumsi juga semakin terbatas bukan? Kemudian saya juga rutin untuk berolahraga apapun kesibukan saya. Biasanya di RS juga saya menyempatkan diri untuk berolahraga, 15-30 menit sehari itu cukup, yang penting rutin. Saya merasa anak-anak dan keluarga masih butuh saya, maka dari itu saya lumayan menjaga kesehatan dan kebugaran diri.

Arti Pencapaian Bagi Saya

Pencapaian itu relatif, karena bisa jadi nilai tiap orang itu berbeda-beda. Untuk dunia pendidikan sendiri, pencapaian utama nya seorang dosen ya menjadi seorang guru besar atau profesor.  Namun, saya merasa saya belum memiliki ambisi sebesar itu. Bagi saya saat ini, pencapaian yang ingin saya raih itu ya menyelesaikan jenjang S3 dengan tepat waktu. Itu sudah cukup bagi saya. Pencapaian juga merupakan sebuah hal yang dinamis karena nilai itu kan bisa saja berubah seiring waktu. 


dr Agus Santosa memakai Aruna Florals

Jika Bisa Memutar Waktu

Jika saya berkesempatan untuk memutar balik waktu dan kembali menjadi diri saya yang dulu, saya akan berpikir untuk mendalami suatu hal yang spesifik atau khusus di bidang yang saya tekuni. Sehingga di kemudian hari saya punya kemampuan yang spesifik dan mendalam. Kalau sekarang kan saya di THT, saya juga harus berkemampuan bedah dan banyak spektrum lain. Nah, saya berpikir bagaimana jika saya dulu mencoba suatu hal yang sangat spesifik, pasti akan sangat menarik.


Pesan Untuk Kaum Muda

Saya berharap semoga anak-anak generasi mendatang mereka punya kemampuan dan keterampilan jauh lebih baik dari generasi tua seperti saya. Baik dari motorik, kognitif dan afektif. Seorang guru atau pengajar itu tidak akan pernah merasa puas bila muridnya berada di level yang sama dengan dirinya. Murid harus lebih cakap dari gurunya. Bila punya peluang dan kesempatan, maju terus pantang mundur. Gunakanlah waktu kalian sebaik-baik mungkin. Ibaratkan dirimu itu seperti drum, yang bisa diisi air sebanyak-banyaknya. Kalo sudah seumuran saya drum nya udah penuh, bila diisi bisa saja tumpah alias ilmu baru nya kini sudah agak sulit melekat. Anak muda juga harus punya inovasi untuk hal-hal baru sehingga bisa memajukan bidang mereka.


Hal Menarik dalam Hubungan Dokter dan Pasien

Perlu kita ketahui sebenarnya hubungan dokter dan pasien itu merupakan hubungan kepercayaan, dan hubungan timbal balik. Hubungan tersebut juga sangat menarik dan spesial. Kita sebagai dokter bisa mengukur pekerjaan kita dengan baik apabila pasien itu percaya dan yakin dengan dokter nya. Tidak ada seorang pun dokter yang berminat untuk mencelakai pasien. Dokter itu juga banyak menyimpan rahasia pasien, dan kita terikat sumpah untuk menjaga kepercayaan tersebut. Hubungan ini merupakan hal yang sangat menarik sebenarnya untuk kita ketahui.

Magani Menurut Pak Agus

Saya merupakan orang yang menjaga dengan baik kesan pertama. Mengapa? Pekerjaan saya berhubungan dengan masyarakat, bila citra saya buruk atau terlihat buruk maka tidak ada pasien yang mau mempercayai saya. Dengan menampilkan diri yang bersih dan menarik, akan mendatangkan kepercayaan bagi kami. Kebetulan baju Magani itu sangat enak dipandang karena motif nya yang bagus-bagus. Setelah dipakai, wah ternyata nyaman sekali. Jadi saya berpikir ini baju Magani kesan pertama nya bagus dan ternyata secara fungsional juga sangat nyaman. Cocok buat saya.

Previous post Next post