#MaganiMen mengenal Melvin Mumpuni, anak bangsa yang berkecimpung menjadi perencana keuangan sekaligus pendiri Finansialku dengan visi besar membangun Indonesia melek finansial. Simak perjalanan dan iktikad baik beliau sebagai agen perubahan yang menyokong keterbukaan akses finansial di Indonesia untuk menjadi lebih baik.
Siapa itu Melvin Mumpuni?
Seorang perencana keuangan sekaligus founder dari Finansialku. Hingga sekarang, saya aktif membantu klien yang membutuhkan bantuan perencana keuangan dalam lingkup pribadi ataupun keluarga. Misalnya seperti perencanaan biaya pendidikan, pensiun, investasi, asuransi, dan masih banyak lagi. Di lain sisi, saya juga mengkoordinasikan tim saya di Finansialku agar dapat mencapai objektif dari Finansialku sendiri. Kebetulan saya sangat tertarik dalam bidang finansial dan sempat menjadi karyawan di salah satu bank ternama di Indonesia.
Melvin is wearing Fusiongold Tenun
Awal Mula
Sebenarnya ketertarikan saya terhadap dunia finansial ini berawal jauh sebelum saya membentuk Finansialku. Pada saat masa sekolah dasar, saya pernah ke Singapura dan menemukan bahwa tiga etnis utama yang tinggal disana (Melayu, Tionghoa, India) bisa hidup sejahtera tanpa kesenjangan sosial yang begitu besar antara satu sama lainnya. Mungkin ada perbedaan, namun jurang perbedaan tersebut tidak sedalam di Indonesia, semua masih bisa hidup dengan sejahtera berdampingan satu-sama lain. Dari situ saya berpikir, kenapa Indonesia tidak bisa sama seperti itu? Apa ya yang salah? Kebetulan pada saat itu sedang terjadi krisis ekonomi 98 dan ada banyak percekcokan antar etnis sehingga menciptakan jurang yang dalam antar satu dan lainnya. Usut punya usut saya mulai memahami bahwa salah satu faktornya adalah literasi keuangan yang sangat minim di Indonesia, mengakibatkan terciptanya kelompok eksklusi dari tiap lapisan masyarakatnya. Dari situ pulalah saya mulai tertarik dengan hal-hal berbau ekonomi dan sosial
Tujuan Besar di Balik Finansialku
Visi dan misi saya secara pribadi, maupun secara general dari Finansialku itu sebenarnya sama. Ketika kita bisa mewujudkan tujuan keuangan kita, kesejahteraan bukanlah hal yang mustahil. Keadaan dimana semua orang bisa sekolah, para pensiun yang masih bisa hidup layak itu terasa indah sekali. Maka dari itu, saya dan Finansialku ingin membantu masyarakat Indonesia untuk mewujudkan mimpi atau tujuan keuangannya dengan cara: memberikan perencanaan keuangan, literasi keuangan, dan akses ke produk keuangan (investasi, asuransi).
Tantangan Terbesar
Kalau bicara tentang tantangan terberat sih sebenarnya salah satu yang paling berat adalah perubahan pola perilaku pada masyarakat. Gampangnya bisa kita lihat perbedaan pada tiap kelompok generasi seperti generasi Y dan generasi Z. Generasi Y itu dihadapkan pada kondisi ekonomi yang cenderung stabil, sementara Gen Z itu dihadapkan pada situasi global yang tak menentu seperti saat pandemi. Bisa dibilang Gen Z itu seperti berada dalam roller coaster dan ketidakstabilan ini tentunya menjadi salah satu faktor penyebab perbedaan cara kita melihat keuangan kita. Meskipun begitu, kedua generasi ini memiliki tantangan yang sama seperti harga rumah mahal, konsumerisme, hutang, dan lain-lain. Hal inilah yang membuat tim harus lebih peka dan cakap dalam menjawab kebutuhan market yang berubah-ubah ini. Dulu mungkin market tidak memiliki kesadaran finansial, jadi solusinya adalah edukasi. Namun, sekarang market sudah sadar, mengingat banyaknya edukasi finansial di Instagram, Youtube, dan lain-lain. Tapi mereka belum paham bagaimana cara eksekusi yang baik dan benar. Makanya, servis nya pun berubah dari yang tadinya berfokus pada edukasi, kini lebih ke pendampingan. Perubahan yang sangat dinamis ini membuat kami harus terus berpikir dan bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan dari market.
Memahami ‘Financial Freedom’
Sekarang juga sedang marak di media sosial mengenai konsep Financial Freedom, banyak sekali dibicarakan di podcast, Instagram, dan Youtube. Saya sendiri pertama kali mendengar istilah Financial Freedom itu di bukunya Robert Kiyosaki, Rich Dad Poor Dad. Kalau tidak salah sekitar semester tujuh perkuliahan pada waktu itu. Kalau dari pemahaman saya, kurang lebih secara matematis sederhana nya seperti ini, seseorang bisa memiliki Financial Freedom itu apabila penghasilan pasif dan investasi kita bisa menutupi pengeluaran kita. Contohnya anggaplah biaya hidup kita selama sebulan itu 10 juta, dan biaya tersebut sudah bisa ditutupi oleh keuntungan investasi kita atau penghasilan tambahan seperti penyewaan kost atau penghasilan pasif, diluar gaji kita.
Melvin is wearing Bluegold Parang
Dalam dunia keuangan, skala prioritas itu adalah hal yang sangat penting untuk mencapai tujuan keuanganmu. Urgensi yang tepat maka akan menghasilkan pengelolaan yang tepat pula. Bisa jadi anak muda sekarang tidak bisa membeli rumah bukan karena tidak mampu, tapi masih merasa bahwa itu belum penting. Misal, masih nyaman bersama orang tua atau mempunyai prioritas lain seperti gaya hidup, liburan, dan masih banyak lagi. Masalah prioritas ini ancaman yang nyata ya, apalagi mengingat Gen Z itu terbiasa dimanjakan oleh teknologi digital. Semua hal bisa didapatkan dengan sentuhan jari dan sangat dimudahkan. Layaknya pisau bermata dua, bisa digunakan untuk membantumu, tapi bisa juga untuk menyakitimu. Maka dari itu, jadilah bijak dalam menentukan skala prioritas.
Apabila Dapat Memutar Waktu
Mungkin saat muda ada beberapa hal yang menurutku bisa diubah untuk menjadi lebih baik. Apabila dapat memutar waktu, saya ingin menjadi pribadi yang lebih terbuka terhadap banyak hal. Dulu saya keras kepala dan idealis, jika saya bisa mengontrol diri untuk melihat lebih jauh dengan lebih terbuka maka akan banyak pelajaran yang bisa didapatkan untuk menjadi bekal hari ini. Contohnya seperti belajar lebih banyak di industri keuangan, terjun ke perusahaan, dan tidak terburu-buru untuk menjadi pengusaha. Intinya menjadi lebih matang dengan memperbanyak pengalaman. Karena sebenarnya pengalaman saya sebelum berbisnis bisa dibilang cukup minim. Saya hanya bekerja di dua tempat yaitu di bank dan perusahaan manufaktur. Harusnya saya bisa mengambil lebih banyak pekerjaan lain seperti terjun ke sekuritas, asuransi, atau perbankan lainnya. Tapi tetap saja, bila ada kesempatan mengulang waktu kembali aku akan memilih terjun ke industri finansial, karena industri ini yang paling menarik bagi saya.
Finansial Dasar untuk Generasi Muda dan Masyarakat Awam
Sebenarnya untuk mencapai kondisi finansial yang baik itu cukup sederhana secara teori, namun pada praktiknya itu sulit untuk diterapkan. Saya dan tim sendiri selalu mengutamakan agar orang awam atau klien itu memperkuat pondasi awal terlebih dahulu. Apa itu? Secara sederhana, pastikan bahwa pengeluaran itu tidak lebih besar dari pemasukan. Kemudian, siapkan pula tabungan atau simpanan pribadi. Selanjutnya, jangan membuat hutang yang bersifat konsumtif atau gaya hidup. Yang terakhir ialah memiliki proteksi, atau asuransi. Kalau keempat hal tersebut telah dicapai, saya yakin anak muda bisa mengatasi badai keuangan. Setelah keempat hal tadi diperkuat, barulah mencoba untuk memperbesar penghasilan.
Magani Menurut Melvin
Menurutku pribadi, Magani memiliki selera yang berani dalam membuat produk-produknya. Jujur aku jarang melihat batik dengan warna-warna fresh seperti Batik Magani. Mulai dari warna dan motif yang ditampilkan juga unik, tidak hanya untuk orang dewasa tapi bisa juga dipakai oleh kalangan muda. Sangat bangga dengan brand lokal Indonesia seperti Magani yang bisa menggabungkan gaya dan warisan budaya hingga dikemas dengan sangat apik.